Di akhirat, setelah hisab dan mizan,
setiap manusia harus melewati Jembatan Sirothol Mustaqim yang membentang
di atas neraka. Jembatan ini seperti rambut yang dibelah tujuh. Setajam
silet. Sehingga seorang pemain sirkus yang amat ahli pun akan terjatuh
jika amalannya buruk. Hanya orang2 yang beriman dan beramal saleh saja
yang bisa melewatinya.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada
seorangpun dari golongan kaum Muslimin yang ditinggal mati oleh tiga
orang anaknya, yang akan disentuh oleh api neraka , melainkan sekedar
menebus persumpahan -tahillatul qasam-." (Muttafaq 'alaih) Tahillatul
qasam ialah firman Allah Ta'ala: "Dan tiada seorangpun dari engkau
semua, melainkan pasti akan mendatangi neraka itu." (Maryam: 71).
Maksudnya mendatangi neraka itu ialah menyeberang di atas jembatan
-ashshirath- yakni sebuah jembatan yang diletakkan di atas punggung
neraka Jahanam.
Ada yang melewati jembatan Shirothol Mustaqim secepat kilat. Ada yang
berjalan. Ada yang merangkak. Ada pula yang langsung jatuh ke neraka.
Ini tergantung amalan mereka di dunia:
Dari Hudzaifah dan Abu Hurairah ra, keduanya berkata: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Allah Tabaraka wa Ta'ala mengumpulkan seluruh manusia lalu
berdirilah kaum mu'minin sehingga didekatkanlah syurga untuk mereka.
Mereka mendatangi Adam as, lalu berkata: "Hai bapak kita, mohonkanlah
untuk kita supaya syurga itu dibuka." Adam menjawab: "Bukankah yang
menyebabkan keluarnya engkau semua dari syurga itu, tiada lain kecuali
kesalahan bapakmu semua ini. Bukan aku yang dapat berbuat sedemikian
itu. Pergilah ke tempat anakku Ibrahim, kekasih Allah."
Beliau s.a.w. meneruskan: "Selanjutnya Ibrahim berkata: "Bukannya aku
yang dapat berbuat sedemikian itu, sesungguhnya aku ini sebagai kekasih
dari belakang itu, dari belakang itu -maksudnya untuk sampai ke tingkat
yang setinggi itu tidak dapat aku melakukannya. Pergilah menuju Musa
yang Allah telah berfirman kepadanya secara langsung."
Mereka mendatangi Musa, lalu Musa berkata: "Bukannya aku yang dapat
berbuat sedemikian itu. Pergilah ke tempat Isa, sebagai kalimatullah
-disebut demikian karena diwujudkan dengan firman Allah: Kunduna abin
artinya "Jadilah tanpa ayah -dan juga sebagai ruhullah- maksudnya
mempunyai ruh dari Allah dan dengannya dapat menghidupkan orang mati
atau hati yang mati."
Seterusnya setelah didatangi Isa berkata: "Bukan aku yang dapat berbuat
sedemikian itu." Kemudian mereka mendatangi Muhammad s.a.w., lalu
Muhammad berdiri -di bawah 'Arasy- dan untuknya diizinkan memohonkan
sesuatu. Pada saat itu amanat dan kekeluargaan dikirimkan, keduanya
berdiri di kedua tepi Ash-Shirath -jembatan, yaitu sebelah kanan dan
kiri.
Maka orang yang pertama-tama dari engkau semua itu melaluinya sebagai
cepatnya kilat." Saya -yang merawikan hadits- bertanya: "Bi abi wa ummi
-Demi ayah dan ibuku-, bagaimanakah benda yang berlalu secepat kilat?"
Beliau s.a.w. menjawab: "Tidakkah engkau semua mengetahui, bagaimana ia
berlalu dan kemudian kembali dalam sekejap mata. Kemudian yang
berikutnya dapat melalui Ash-Shirath sebagai jalannya angin, kemudian
sebagai terbangnya burung, lalu sebagai seorang yang berlari kencang.
Bersama mereka itu berjalan pulalah amalan-amalan mereka sedang Nabimu
ini -Muhammad s.a.w.- berdiri di atas Ash-Shirath tadi sambil
mengucapkan: "Ya Tuhanku, selamatkanlah, selamatkanlah." Demikian itu
hingga hamba-hamba yang lemah amalan-amalannya, sampai-sampai ada
seorang lelaki yang datang dan tidak dapat berjalan melainkan dengan
merangkak -sebab ketiadaan kekuatan amalnya untuk membuat ia dapat
berjalan baik." Pada kedua tepi Ash-shirath itu ada beberapa kait yang
digantungkan dan diperintah untuk menyambar orang yang diperintah untuk
disambarnya. Maka dari itu ada orang yang tergaruk tubuhnya, tetapi
lepas lagi -selamat- dan ada yang terpelanting ke dalam neraka -yang
sebagian menindihi sebagian orang yang lain. Demi Zat yang jiwa Abu
Hurairah ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya dasar bawah
neraka Jahanam sejauh tujuh puluh tahun perjalanan." (Riwayat Muslim)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Sahabat bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, apakah
kami dapat melihat Tuhan kami pada hari kiamat? Rasulullah saw.
bersabda: Apakah kalian terhalang melihat bulan di malam purnama? Para
sahabat menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda:
Apakah kalian terhalang melihat matahari yang tidak tertutup awan?
Mereka menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda:
Seperti itulah kalian akan melihat Allah.
Barang siapa yang menyembah sesuatu, maka ia mengikuti sembahannya itu.
Orang yang menyembah matahari mengikuti matahari, orang yang menyembah
bulan mengikuti bulan, orang yang menyembah berhala mengikuti berhala.
Tinggallah umat ini, termasuk di antaranya yang munafik. Kemudian Allah
datang kepada mereka dalam bentuk selain bentuk-Nya yang mereka kenal,
seraya berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka (umat ini) berkata: Kami
berlindung kepada Allah darimu. Ini adalah tempat kami, sampai Tuhan
kami datang kepada kami. Apabila Tuhan datang, kami tentu mengenal-Nya.
Lalu Allah Taala datang kepada mereka dalam bentuk-Nya yang telah mereka
kenal. Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka pun berkata: Engkau
Tuhan kami. Mereka mengikuti-Nya.
Dan Allah membentangkan jembatan di atas neraka Jahanam. Aku (Rasulullah
saw.) dan umatkulah yang pertama kali melintas. Pada saat itu, yang
berbicara hanyalah para rasul. Doa para rasul saat itu adalah: Ya Allah,
selamatkanlah, selamatkanlah. Di dalam neraka Jahanam terdapat besi
berkait seperti duri Sakdan (nama tumbuhan yang berduri besar di setiap
sisinya). Pernahkah kalian melihat Sakdan? Para sahabat menjawab: Ya,
wahai Rasulullah. Rasulullah saw. melanjutkan: Besi berkait itu seperti
duri Sakdan, tetapi hanya Allah yang tahu seberapa besarnya. Besi
berkait itu merenggut manusia dengan amal-amal mereka.
Di antara mereka ada orang yang beriman, maka tetaplah amalnya. Dan di
antara mereka ada yang dapat melintas, hingga selamat. Setelah Allah
selesai memberikan keputusan untuk para hamba dan dengan rahmat-Nya Dia
ingin mengeluarkan orang-orang di antara ahli neraka yang Dia kehendaki,
maka Dia memerintah para malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang
tidak pernah menyekutukan Allah. Itulah orang-orang yang dikehendaki
Allah untuk mendapatkan rahmat-Nya, yang mengucap: "Laa ilaaha
illallah". Para malaikat mengenali mereka di neraka dengan adanya bekas
sujud. Api neraka memakan tubuh anak keturunan Adam, kecuali bekas
sujud. Allah melarang neraka memakan bekas sujud. Mereka dikeluarkan
dari neraka, dalam keadaan hangus. Lalu mereka disiram dengan air
kehidupan, sehingga mereka menjadi tumbuh seperti biji-bijian tumbuh
dalam kandungan banjir (lumpur). Kemudian selesailah Allah Taala memberi
keputusan di antara para hamba. Tinggal seorang lelaki yang
menghadapkan wajahnya ke neraka. Dia adalah ahli surga yang terakhir
masuk. Dia berkata: Ya Tuhanku, palingkanlah wajahku dari neraka,
anginnya benar-benar menamparku dan nyala apinya membakarku. Dia terus
memohon apa yang dibolehkan kepada Allah. Kemudian Allah Taala
berfirman: Mungkin, jika Aku mengabulkan permintaanmu, engkau akan
meminta yang lain. Orang itu menjawab: Aku tidak akan minta yang lain
kepada-Mu. Maka ia pun berjanji kepada Allah. Lalu Allah memalingkan
wajahnya dari neraka. Ketika ia telah menghadap dan melihat surga, ia
pun diam tertegun, kemudian berkata: Ya Tuhanku, majukanlah aku ke pintu
surga. Allah berkata: Bukankah engkau telah berjanji untuk tidak
meminta kepada-Ku selain apa yang sudah Kuberikan, celaka engkau, hai
anak-cucu Adam, ternyata engkau tidak menepati janji. Orang itu berkata:
Ya Tuhanku! Dia memohon terus kepada Allah, hingga Allah berfirman
kepadanya: Mungkin jika Aku memberimu apa yang engkau pinta, engkau akan
meminta yang lain lagi. Orang itu berkata: Tidak, demi Keagungan-Mu.
Dan ia berjanji lagi kepada Tuhannya. Lalu Allah mendekatkannya ke pintu
surga. Setelah ia berdiri di ambang pintu surga, ternyata pintu surga
terbuka lebar baginya, sehingga ia dapat melihat dengan jelas keindahan
dan kesenangan yang ada di dalamnya. Dia pun diam tertegun. Kemudian
berkata: Ya Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam surga. Allah Taala
berfirman kepadanya: Bukankah engkau telah berjanji tidak akan meminta
selain apa yang telah Aku berikan? Celaka engkau, hai anak cucu Adam,
betapa engkau tidak dapat menepati janji! Orang itu berkata: Ya Tuhanku,
aku tidak ingin menjadi makhluk-Mu yang paling malang. Dia terus
memohon kepada Allah, sehingga membuat Allah Taala tertawa (rida).
Ketika Allah Taala tertawa Dia berfirman: Masuklah engkau ke surga.
Setelah orang itu masuk surga, Allah berfirman kepadanya: Inginkanlah
sesuatu! Orang itu meminta kepada Tuhannya, sampai Allah mengingatkannya
tentang ini dan itu. Ketika telah habis keinginan-keinginannya, Allah
Taala berfirman: Itu semua untukmu, begitu pula yang semisalnya. (Shahih
Muslim No.267)