Hadramaut, sebuah provinsi di
Negara Yaman, yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia,
hal ini disebabkan telah terjalinnya hubungan yang begitu indah antara
keduanya semenjak ratusan tahun yang silam, dimana tercatat dalam
sejarah bahwa dari negeri inilah cikal bakal Islam yang berkembang di
Indonesia.
Hadramaut sejak belasan abad
yang silam telah tercatat sebagi negara yang menumbuhkan beberapa tokoh
terkenal baik dari kalangan ulama maupun orang-orang shaleh. Di abad ke 8
hijri seorang ulama terkenal pernah melantunkan dua bait syair mengenai
penghuni daerah Hadramaut:
Aku melewati lembah
Hadramaut seraya menyampaikan salam, dan aku disambut dengan senyuman
dan muka beseri-seri. Kutemukan di situ para pembesar dan tokoh yang
tidak akan ditemukan di barat maupun di timur.
Begitulah pandangan umum
tentang masyarakat dan penduduk Hadramaut dari masa ke masa. Nuansa
religius akan dirasakan oleh setiap orang yang memasuki daerah tersebut,
sedangkan pusat ilmiah dan dakwah terletak di kota Tarim yang merupakan
kota terpenting di daerah tersebut.
Di tempat dan nuansa seperti
inilah al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dilahirkan,
tepatnya pada hari Senin tanggal 4 Muharram 1383 H, yang bertepatan
dengan tanggal 27 Mei 1963.
Beliau tumbuh diantara
keluarga shaleh dan berilmu, ayah beliau adalah seorang ulama terpandang
yang mencapai derajat mufti dalam mazhab Syafi’I, kakek beliau juga
adalah seorang ulama yang produktif, sedangkan saudara tertua beliau
yaitu Al Habib Ali Masyhur adalah seorang ahli fiqih yang sampai saat
ini menjadi pemuka para mufti kota Tarim.
Cinta terhadap ilmu dan kaum
sholihin telah tertanam dalam jiwa al Habib Umar sejak beliau telah
menghafal al Quran dan mempelajari ilmu-ilmu dasar agama. Ketika beliau
berumumr 9 tahun ayah beliau yaitu al Habib Muhammad bin Salim diculik
oleh orang-orang komunis yang saat itu sedang berkuasa di kawasan Yaman
Selatan, ayah beliau diculik lantaran tegas dalam menyampaikan dakwah
dan kebenaran, hingga sampai saat ini beliau tidak diketahui
keberadaannya.
Ketika beliau masih kecil,
keadaan Hadramaut tidak kondusif, tekanan dan intimidasi dilakukan
kepada para ulama dan pengajar, namun hal itu tidak menyurutkan semangat
Habib Umar, dengan sembunyi-sembunyi beliau belajar pada ulama di masa
itu, selain belajar pada ayahandanya, al Habib Muhammad bin Salim bin
Hafidz, beliau juga belajar pada al Habib Muhammad bin Alwi bin Shahab,
al Munshib al Habib Ahmad bin Ali bin Syekh Abu Bakar, al Habib Muhammad
bin Abdullah al Haddar (di kota Baidho – Yaman), al Habib Ibrahim bin
Agil bin Yahya (di Kota Taiz – Yaman), juga kepada al Habib al Imam
Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf. Disamping itu dalam kesempatan inilah
beliau ke Haramain untuk berhaji. Beliau juga menyempatkan untuk
mengikat hubungan dengan banyak ulama disana.
Dari tangan merekalah al Habib
Umar menguasai berbagai disiplin ilmu, mulai dari ilmu fikih, tauhid,
usul fikih, sejarah, tata bahasa hingga ilmu Tazkiah (tasawuf). Dan
sejak umur 15 tahun beliau telah terbiasa untuk menyampaikan ilmu yang
didapatkan dari guru-gurunya itu dalam rangka dakwah ilallah.
Karya dan Rehlah al Habib Umar bin Hafidz
Ditengah kesibukannya sebagai pendidik dan juru dakwah al Habib Umar masih sempat menulis beberapa buku, diantaranya:
- Is’af tholibi ridho alkhallak bimakarimi alkhallak
- Taujihat tullab
- Syarah mandhumah sanad alawiy
- Khuluquna
- Dakhirah musyarafah
- Khulasoh madad an-nabawiy
- Diyaul lami bidhikri maulidi nabi as-syafi
- Syarobu althohurfi dhikri siratu badril budur
- Taujihat nabawiyah
- Nur aliman
- Almukhtar syifa alsaqim
- Al washatiah
- Mamlakatul qa’ab wa al ‘adha’
Dari diwan yang berisi
syair-syair beliau yang terdiri dari empat juz, disamping rekaman
ceramah yang mencapai ribuan cd, vcd dan kaset. Waktu beliau seakan
hanya untuk dakwah, tiada menit dan detik kecuali beliau sibuk dengan
urusan dakwah, beliau kerap kali melakukan perjalan ke berbagai penjuru
dunia, mulai dari Haramain, Syam, Mesir, Afrika, Asia Tenggara, hingga
ke daratan Eropa. Kita ketahui sendiri al Habib Umar setiap tahunnya
pada bulan Muharram mengunjungi Indonesia.
Dakwah beliau juga sangat
dirasakan kesejukannya dan disambut dengan hangat oleh umat Islam di
Indonesia. Masyakarat menyambut beliau dengan sangat antusias dan
hangat, mengingat bahwa kakek beliau yang kedua, al Habib Hafidz bin
Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim, berasal dari Bondowoso, Jawa
Timur, Indonesia. Dakwah beliau yang sangat indah dan sejuk itu yang
bersumber dan kakek beliau Nabi Muhammad saw, sangatlah diterima oleh
berbagai kalangan, baik pemerintah maupun rakyat, kaya ataupun miskin,
tua muda.
Di Indonesia al Habib Umar
sudah beberapa kali membuat kerjasama dengan pihak bahkan pemerintah
Indonesia, dalam hal ini Ditjen Kelembagaan Keagamaan Departemen Agama
RI meminta pembuatan kerjasama dengan al Habib Umar dan Darul Musthafa
untuk pengiriman SDM yang berkualitas, khususnya para kyai pimpinan
pondok pesantren untuk mengikuti program pesantren kilat selama tiga
bulan dibawah bimbingan langsung al Habib Umar. Sampai saat ini, banyak
sudah santri-santri di Indonesia yang menuntut ilmu di pondok pesantren
yang beliau pimpin, Darul Musthafa di Hadramaut, dan telah melahirkan
banyak da’i-da’I yang meneruskan perjuangan dakwahnya di berbagai daerah
di Indonesia.