membongkar skema zionismeGerakan Zionisme senantiasa
mengerahkan segala kemampuannya untuk mendistorsi sejarah Arab Islam,
menyelewengkan konsep-konsep al-Qur`an dan Sunnah sehingga menimbulkan
ketakutan dalam opini umum bangsa barat terhadap Islam.
Doktor Muhammad Abu Ghadir, ketua program studi Israiliyat Universitas
al-Azhar dan seorang pakar Zionisme menegaskan bahwa gerakan Zionisme
sejak pertama kali muncul di panggung internasional, selalu mengerahkan
segala upayanya untuk mendistorsi citra Islam dan kaum Muslimin,
sehingga membentuk sebuah opini umum di mata dunia bahwa rahasia dasar
gerakan ini terkandung dalam kebencian dunia terhadap agama Islam,
walhasil, masyarakat barat kemudian menilai bahwa Zionisme berjuang
melawan radikalisme Islam dan menyelamatkan dunia dari kejahatan kaum
muslimin!
Doktor Abu Ghadir mengatakan bahwa kita perlu mengevaluasi setiap
produk yang dihasilkan Zionisme dan melawannya dengan segenap kekuatan
dan ketegasan, sehingga pada suatu hari, kita tidak mendapati diri kita
dalam menghadapi gelombang kekerasan yang tidak bisa dibenarkan
terhadap sesuatu yang berhubungan dengan Islam dalam bentuk melebihi
apa yang kita lihat sekarang dari berbagai peristiwa yang terjadi di
mana-mana melawan Islam dan kaum Muslimin.
Doktor Abu Ghadir juga berkata dalam sebuah wawancaranya dengan kantor
berita at-Tawafuq bahwa “kita harus melawan skema Zionisme, mempelajari
khazanah keagamaan mereka dengan hati-hati, karena mereka juga
mempelajari khazanah kita dan mereka berhasil dari waktu ke waktu
menyelewengkan khazanah ini pada saat kita lalai dari apa yang mereka
lakukan. Bukan hanya itu saja, mereka juga berhasil menanamkan
perbedaan dan perpecahan di berbagai lapisan masyarakat Islam dan
menimbulkan semacam perseteruan internal keagamaan, kesukuan, aliran
dengan tujuan akhirnya adalah melemahkan sisi internal masyarakat Islam
tanpa kecuali.
Berikut adalah petikan wawancara Dr. Abu Ghadir dengan kantor berita
at-Tawafuq seputar skema Zionisme terhadap Islam dan strategi
penanggulangannya:
Konspirasi untuk menghancurkan kaum muslimin
Soal: Pertama-tama, kami ingin mengetahui pandangan anda terhadap
konspirasi Zionisme yang disinyalir menjadi dalang di balik semua
keburukan yang menimpa Islam?
Jawab: Fakta sejarah telah membuktikan bahwa gerakan Zionisme, semenjak
ia tampil di panggung sejarah, telah bekerja keras untuk menghancurkan
citra Islam dan kaum Muslimin, dengan catatan, perusakan citra inilah
yang akan digunakan sebagai langkah pertama untuk menuntut berdirinya
negara Yahudi, yang kelak akan sangat berperan dalam menghalangi
radikalisme Islam, sebagaimana yang dideskripsikan para tokoh Zionisme.
Untuk memuluskan rencana ini, mereka telah menguasai media-media massa
raksasa, seperti surat kabar, majalah, agen berita dan pusat-pusat
kajian ilmiah untuk menjadi mata pisau mereka dalam mencabik-cabik
Islam dan kaum muslimin, mendistorsi sejarah Islam, menghantam
ikon-ikon Islam dan menanamkan citra yang buruk tentang Islam di benak
mayoritas bangsa barat, bahkan, sebagian orang berpendidikan di barat,
yang kemudian memeluk Islam, mengakui bahwa sebelumnya mereka memiliki
gambaran yang sangat buruk tentang Islam. Gambaran ini mereka peroleh
dari sumber bacaan mereka di berbagai media massa. Zionisme memang
tidak akan melewatkan satu peluang pun, kecuali ia manfaatkan untuk
mendistorsi syariat Islam, dan jelas, tujuan utamanya adalah
mengahncurkan kaum muslimin.
Soal: Dari masa ke masa, beberapa tokoh Zionisme memberikan penafsiran
yang ganjil terhadap khazanah klasik Islam, apakah anda melihat
keberadaan mereka di daerah-daerah Islam adalah untuk mendistorsi
ajaran Islam?
Jawab: ini adalah fakta yang benar-benar terjadi di lapangan. Tidak ada
penelitian yang dilakukan kaum Zionisme yang berkenaan dengan Arab dan
kaum Muslimin memuat hal-hal positif, bahkan, mereka tidak hanya
merusak citra Arab dan Islam saja, mereka kemudian melangkah lebih
jauh, yaitu mencoreng al-Qur`an dan Sunnah. Israel, sejak ia tumbuh dan
berkembang, terus menerus berupaya mengotori kesakralan Islam dan
mendistorsi konsep-konsep agama Islam yang lurus. Dan kita harus
memahami, bahwa kaum zionis, ketika mereka mempelajari Islam, maksud
sebenarnya adalah mencoba melemahkan Islam, baik dalam jiwa kaum
Muslimin maupun non-muslim, mereka juga menyebarkan keraguan dengan
menegaskan keutamaan kaum Yahudi atas kaum Muslimin dengan klaim bahwa
Yahudi adalah sumber pertama untuk ajaran Islam.
Sebagian pengamat berpendapat, bahwa kaum Yahudi tidaklah berbuat
demikian kecuali untuk mempertahakan eksistensi dirinya di Palestina.
Akan tetapi, sebenarnya hal ini sangat keliru, kaum Yahudi berupaya
merusak Islam untuk tujuan yang lebih besar, yaitu memuluskan skema
Zionisme Internasional. Dan hal yang perlu kita sadari, bahwa berbagai
tuduhan Yahudi terhadap Islam dan al-Qur`an bukanlah hal yang baru dan
muncul pada saat ini, akan tetapi telah ada sejak dahulu kala, sejak
keberadaan Islam itu sendiri. Artinya, berbagai tuduhan ini telah ada
sejak awal dakwah Islam, pada zaman Rasulullah saw. Dan tuduhan ini
belum berhenti dan tidak akan berhenti dilakukan sebagai cara
menjatuhkan Islam dan kaum muslimin. Bahkan, pada akhir-akhir ini,
berbagai tuduhan ini semakin gencar dengan mempergunakan berbagai media
dan teknologi komunikasi di dunia, mereka terus mempromosikan dan
menyebarkannya sehingga menyesatkan manusia. Inilah problem terbesar
kita.
Kaum zionis itu telah memanfaatkan penguasaan mereka atas media massa
berskala internasional untuk menjajakan berbagai tuduhan dalam upaya
menjatuhkan Islam. Buktinya, ketika mereka mendapati adanya stasiun
Amerika condong untuk bekerjasama dengan kaum Muslimin, mereka mulai
menyebarkan penelitian dan riset yang menyebutkan bahwa Islam mendorong
pemeluknya untuk berbuat radikal dan kekerasan. Semua itu seharusnya
memberikan penjelasan, bahwa kita memang sangat membutuhkan puluhan
bahkan ratusan penelitian untuk mengimbangi penelitian-penelitian
orientalisme yang dilakukan dengan bahasa Ibrani dan merupakan salah
satu bentuk perang pemikiran antara Islam dengan musuh-musuhnya.
Terjemah al-Qur`an
Soal: Apakah ini berarti kita harus menerjemahkan al-Qur`an ke dalam bahasa Ibrani?
Jawab: Ini adalah kenyataan yang harus kita akui. Jika kita menyerahkan
terjemah al-Qur`an ke dalam bahasa Ibrani melalui tangan penerjemah
yang memiliki kecenderungan terhadap zionisme, sama saja dengan
memberikan Zionisme kesempatan emas untuk mencemarkan undang-undang
primer kaum Muslimin. Ini adalah poin yang tidak boleh kita abaikan,
bahwa banyak sekali pusat-pusat riset ilmiah, ketika mereka mempelajari
khazanah klasik Islam, mereka menyalinnya kedalam bahasa Ibrani,
sehingga para pembaca menelaah khazanah Islam dalam bahasa Ibrani dan
menjadikannya sebagai rujukan yang valid, karena para tokoh zionis
tinggal di Timur Tengah, karena itu, mereka diyakini sangat memahami
bangsa Arab dan kaum Muslimin serta khazanah klasiknya.
Dari titik tolak ini, terlihat pentingnya bagi kita untuk menyediakan
khazanah Islam dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan tangan kita
sendiri, terutama buku-buku primer khazanah klasik Islam. Meskipun pada
akhirnya si peneliti asing kembali menggunakan manuskrip yang
diterjemahkan kaum zionis, setidaknya kita telah menanamkan sebersit
keraguan dalam diri peneliti, karena adanya kontradiksi terjemahan,
keadaan ini tentu sedikitnya akan membantu kemaslahatan kaum Muslimin.
Selain itu, kita juga harus mengalihbahasakan makna-makna al-Qur`an
bagi pembaca dari kaum Yahudi, sehingga ia dengan leluasa bisa menelaah
kitab suci ini tanpa ada campur tangan penerjemah yang mayoritas tidak
bersikap netral. Dengan demikian, menampilkan al-Qur`an dalam bentuk
yang menegaskan kevalidannya bagi seluruh ruang dan waktu, juga
menampilkan al-Qur`an sebagai kitab yang orisinil, bukan kutipan dari
kitab-kitab sebelumnya, seperti Taurat atau Injil sebagaimana yang
banyak dipropagandakan para penterjemah Zionis, adalah kebutuhan yang
sangat mendesak, sehingga kita bisa menyampaikan kepada pembaca dari
kaum Yahudi dan para peneliti yang bersikap netral bahwa al-Qur`an
datang untuk menegaskan hukum-hukum yang dibawa dua kitab sebelumnya dan
bukan kebalikannya.
Soal: Bagaimana kita menghadapi skema Zionisme yang mempropagandakan konsep benturan peradaban?
Jawab: Kita harus memahami, ketika kita menghadapi skema Zionisme yang
selalu berupaya untuk mendistorsi ajaran Islam, konfrontasi dengan skema
Zionisme menuntut kita untuk menyadari bahwa Zionisme telah berhasil
membuat masyarakat dan pemerintah negara-negara Barat melihat sisi
negatifnya saja dari kaum Muslimin.
Dan patut disayangkan, semua ini dimuluskan oleh benturan yang terjadi
antara aliran-aliran Timur Islam yang kemudian ditransfer ke dunia
barat, bahkan, suatu penelitian yang mendalam menemukan adanya berbagai
kelompok dan perkumpulan yang beraneka ragam; antara kelompok
masyarakat Maroko, kelompok Palestina dan kemudian kelompok Mesir,
demikian pula antara Ahli Sunnah dengan Syiah, dan ini adalah inti dari
permasalahan dalam menyampaikan pesan-pesan agama kepada masyarakat
barat dan menyebabkan lemahnya pengaruh dakwah. Mereka menjadi bingung
mana yang benar dan mana yang salah, sementara pesan agama yang
disampaikan memerlukan pandangan yang konprehensif. Pandangan inilah
yang justeru dibutuhkan mereka.
Jika dakwah tidak bisa menampilkan Islam yang konprehensif, maka pesan
dakwah tidak akan sampai dan lapangan dakwah di dunia barat akan
kehilangan moderatisme Islam. Dakwah membutuhkan model yang benar, jika
kita tidak memilih da’i yang tepat sebagai duta dakwah kepada mereka,
setelah mereka melihat realitas hidup, maka mereka tidak akan mampu
menampilkan Islam, kelembutan kasih sayangnya dan keluasan
toleransinya, juga tidak akan mampu menjelaskan keindahan dan
kesempurnaan ajaran Islam.
Selain itu, persoalan dialog antar agama adalah persoalan yang memiliki
pengaruh besar dan tidak bisa kita abaikan begitu saja, dengan catatan
para spesialis dalam bidang ini memahami benar pentingnya apa yang
mereka lakukan. Selain itu, kita juga harus menyadari sesuatu yang
sangat penting, yaitu bahwa sebenarnya masyarakat Barat tidak memiliki
kebencian terhadap Islam sebagai sebuah agama, mereka hanya memiliki
pandangan yang buruk terhadap kaum Muslimin. Mereka melihat bahwa kaum
Muslimin adalah orang yang harus bertanggung jawab atas beberapa
insiden kekerasan di dunia internasional yang disebabkan beberapa
kelompok Islam radikal.
Dunia Islam sekarang menuntut pembelaan dengan strategi baru untuk
menghapus stigma buruk yang melekat dalam benak masyarakat Barat
melalui media yang paling efektif. Sayangnya, media massa dan
kebudayaan justeru menjadi titik kelemahan kita. Semua orang harus
menyadari bahwa Islam sebagai agama samawi bukanlah target kebencian
Barat, meskipun beberapa peristiwa terjadi mengindikasikan hal itu,
akan tetapi, tujuan utama mereka adalah kaum Muslimin. Karena itu,
mereka dituntut untuk memperbaiki mekanisme peradaban dan kebudayaan
mereka untuk bangkit dan membela eksistensinya. Jika kita datang dan
berkata kepada masyarakat Barat mengenai model interaksi masyarakat
Islam dengan pemilik peradaban dan kebudayaan lain, sebagai contoh
misalnya Andalusia, niscaya hal ini akan menjadi langkah yang sangat
strategis untuk memperbaiki hubungan kita dengan bangsa lain.
Soal: Kelompok Zionisme percaya bahwa mereka harus mendirikan kembali
Haikal (kuil) yang mereka kira ada di bawah masjid al-Aqsha yang
diberkahi, apakah kitab-kitab mereka menyebutkan hal ini?
Jawab: Justeru sebaliknya. Hal yang tidak banyak diketahui orang bahwa
para pendeta Yahudi yang bersikap lurus telah mengeluarkan fatwa tidak
bolehnya kaum Yahudi mendekati pelataran al-Aqsha, yang diungkapkan
dalam Taurat dengan nama Jabal Haikal. Taurat pun telah menyebutkan
secara jelas bahwa kaum Yahudi, siapapun ia, tidak diperbolehkan untuk
naik ke Jabal Haikal, karena hal demikian merupakan dosa yang sangat
besar dan naiknya seorang Yahudi ke pelataran al-Aqsha atau Jabal
Haikal berarti ia telah menimpakan najis yang tidak bisa disucikan
dengan mudah.
Akan tetapi, meskipun banyak fatwa pendeta Yahudi yang menguatkan makna
serupa, namun Yahudi Zionis justeru menjadi kelompok yang paling
banyak melakukan invasi ke komplek al-Aqsha, meskipun serangan ini
bertentangan dengan isi kitab Taurat dan juga dianggap sebagai
penghinaan terhadap kaum Muslimin yang sangat berpotensi mengobarkan
perang antar agama di wilayah itu. Demikianlah, sesungguhnya setiap
orang Yahudi yang masuk ke pelataran al-Aqsha berarti telah melakukan
dosa menurut syariat agama Yahudi, akan tetapi, para pemimpin sayap
kanan ekstrim telah meyakinkan diri dan pengikutnya bahwa mereka tidak
masuk ke dalam wilayah yang dilarang itu.
Sebenarnya, serangan dan pendudukan Yahudi ekstrim terhadap al-Aqsha
bukan didorong oleh sentimen keagamaan, akan tetapi untuk kepentingan
politik, menyempitkan dan memprovokasi kaum Muslimin, karena siapapun
kaum Yahudi yang ingin beribadah di komplek al-Quds, ia bisa
mengerjakannya di sinagog-sinagog Yahudi yang tersebar disana, di
al-Quds sebelah barat, selain itu, mereka bisa beribadah di tembok
ratapan, sebuah tempat yang paling disucikan bagi kaum Yahudi. Lagi
pula, invasi terus menerus terhadap al-Aqsha tidak saja mengancam
perdamaian di wilayah itu, akan tetapi juga mengancam perdamaian di
dunia internasional. Karena itulah, kaum muslimin hendaknya menjelaskan
kepada publik mengenai kenyataan ini jika mereka ingin mendapatkan
sokongan dari dunia internasional, baik itu pada level kemasyarakatan
maupun level resmi pemerintahan dalam perjuangan mereka melawan Zionisme
internasional.
Soal: Sebagain pihak mengkritik adanya divisi-divisi bahasa Ibrani di
berbagai universitas Islam karena dianggapnya bisa memperlancar proses
naturalisasi, bagaimana anda menanggapi hal ini?
Jawab: Sebaliknya, banyak orang terkadang merasa terkejut ketika mereka
mengetahui bahwa saya selalu memotivasi para generasi muda untuk
mendalami masalah orientalisme terutama bahasa-bahasa Ibrani untuk
menghadapi bahaya penyelewengan yang sengaja dimasukan sebagian
orientalis terhadap makna-makna al-Qur`an dan buku-buku rujukan Islam
lain. Mempelajari bahasa Ibrani menjadi demikian penting agar kita bisa
mengenalinya, bukan untuk menjadikannya sebagai bahasa yang diterima
masyarakat (naturalisasi), akan tetapi dengan tujuan untuk mengetahui
segala hal mengenai Israel, besar dan kecilnya, apa yang terjadi di
tanah kita yang tengah dirampas dalam masalah politik, ekonomi, sosial,
kebudayaan dan pendidikan. Selain itu, agar kita mengetahui semua
skema mereka untuk merusak Islam melalui penyelewengan khazanah Islam.
Jika kita mampu membaca apa yang mereka tulis dan mereka selewengkan
dari Islam, niscaya dengan mudah kita bisa menjawab dan menghadapinya
sebelum mereka menanamkannya dalam kebijakan real.
Bukti pentingnya mempelajari bahasa Ibrani terlihat saat Israel sering
mengumumkan bahwa mereka sangat terganggu dengan para penterjemah Arab
yang bekerja di berbagai media massa Arab, baik berupa audio, visual
maupun audio visual. Karena para penterjemah itu berhasil menyingkap
rahasia kaum Zionisme melalui pembedahan organ dalamnya. Semua itu
menegaskan bahwa mempelajari bahasa Ibrani tidak berhubungan dengan
proses naturalisasi seperti yang diduga banyak pihak. Bahkan, melalui
kacamata penelitian yang mendalam terhadap mereka yang
ternaturalisasikan akan menjelaskan kepada kita bahwa tidak ada satupun
pemuda Arab lulusan divisi bahasa Ibrani yang terjebak ke dalam
perangkap Zionisme, karena pelajaran bahasa Ibrani itu telah memberikan
mereka semacam kekebalan untuk melawan ide-ide Zionisme setelah mereka
mengetahui hakikat yang sebenarnya.
Soal: Apakah anda menegaskan teori yang menyebutkan bahwa Zionisme
internasional adalah dalang dari berbagai fitnah dan chaos yang dialami
kaum Muslimin dari masa ke masa?
Jawab: Saya akan memberi anda sebuah contoh bagaimana Zionisme berperan
besar dalam setiap kekacauan yang dialami masyarakat Arab Islam, tanpa
kecuali. Beberapa saat yang lalu, pusat kajian strategis Moshe Dayan
menerbitkan sebuah buku tulisan seorang perwira agen rahasia Israel
bernama Moshe Fergie, agen ini berbicara mengenai peran Zionisme di
Sudan bagian selatan, dan bagaimana agen rahasia Israel memainkan
peranannya pada panggung bangsa Arab. Ia berkata, “Strategi Israel
terhadap wilayah ini berdiri di atas prinsip dasar, yaitu memotivasi
kaum minoritas di wilayah tersebut untuk berani menampilkan dirinya
dengan berbagai cara, dimana kaum minoritas itu berusaha untuk
mendapatkan apa yang disebut dengan hak menentukan nasib dan berdiri
independen sebagai sebuah negara.
Inti yang terkandung dari gagasan ini adalah meyakinkan klaim Zionisme
bahwa wilayah-wilayah Arab Islam bukan seperti yang ditegaskan bangsa
Arab dan kaum Muslimin sebagai satu kesatuan budaya dan peradaban, akan
tetapi merupakan mozaik dari berbagai macam budaya, bahasa, agama dan
campuran berbagai suku dan aliran di antaranya Arab, Persia, Turki,
Armenia, Israel, Kurdi, Druz, Protestan, Katholik, Alawiyyin, Syiah,
Sunnah, Alturkman dan Shabiah. Dengan demikian, pengklasifikasian lebih
cocok untuk kondisi masyarakat Islam. Untuk menguatkan tertanamnya
konsep ini, harus ditampilkan adanya persengketaan di antara
keberagaman tersebut, seperti perseteruan aliran-aliran Islam-Koptik,
Sunnah-Syiah, perselisihan antara bangsa Arab Kurdi dengan Arab Persia
dan perselisihan lain yang berbau agama dan etnis.
Jika kita meneliti lebih dalam, maka kita akan mendapati peran Zionisme
di balik semua kekacauan ini, karena dengan terpecahnya masyarakat
Islam, mereka mengambil keuntungan yang besar dan memuluskan jalan
mereka untuk menggapai impian terbesarnya, yaitu mendirikan Israel Raya
dari hulu sungai Nil hingga sungai Eufrat. Dan ini adalah impian yang
selalu bermain dalam khayalan mereka hingga saat ini.
Judul : Membongkar Skema Zionisme di Balik Fitnah Antar Madzhab
Deskripsi : membongkar skema zionismeGerakan Zionisme senantiasa mengerahkan segala kemampuannya untuk mendistorsi sejarah Arab Islam, m...