Sebelum Rasulullah masuk ke rumah Arqam,
Abdullah bin Mas’ud telah beriman kepadanya dan merupakan orang keenam
yang masuk Islam dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Dengan demikian ia termasuk golongan yang mula pertama masuk Islam ….
Pertemuannya yang mula-mula dengan Rasulullah itu diceritakannya sebagai berikut,
“Ketika itu saya masih remaja, menggembalakan kambing kepunyaan ‘Uqbah bin Muaith.
Tiba-tiba datang NabiShallallahu “Alaihi
wa Sallam bersama Abu Bakar, dan sertanya, “Hai nak, apakah kamu punya
susu untuk minuman kami?”. “Aku orang kepercayaan” ujarku”, “dan tak
dapat memberi anda berdua minuman …!”
Maka sabda NabiShallallahu “Alaihi wa
Sallam, “Apakah kamu punya kambing betina mandul, yang belum dikawini
oleh yang jantan… ?” “Ada”, ujarku. Lalu saya bawa ia kepada mereka.
Kambing itu diikat kakinya oleh Nabi lalu disapu susunya sambil memohon
kepada Allah. Tiba-tiba susu itu berair banyak …. Kemudian Abu Bakar
mengambilkan sebuah batu cernbung yang digunakan Nabi untuk menampung
perahan susu. Lalu Abu Bakar pun minumlah, dan saya pun tidak
ketinggalan…. Setelah itu Nabi menitahkan kepada susu, “Kempislah!”,
maka susu itu menjadi kempis ….
Setelah peristiwa itu saya datang
menjumpai Nabi, kataku, “Ajarkanlah kepadaku kata-kata tersebut!”Ujar
NabiShallallahu “Alaihi wa Sallam, “Engkau akan menjadi seorang anak
yang terpelajar!”
Alangkah heran dan takjubnya Ibnu Mas’ud
ketika menyaksikan seorang hamba Allah yang shalih dan utusan-Nya yang
dipercaya memohon kepada Tuhannya sambil menyapu susu hewan yang belum
pernah berair selama ini, tiba-tiba mengeluarkan kurnia dan rizqi dari
Allah berupa air susu murni yang enak buat diminum…!
Pada sa’at itu belum disadarinya bahwa
peristiwa yang disaksikannya itu hanyalah merupakan mu’jizat paling
enteng dan tidak begitu berani, dan bahwa tidak berapa lama lagi dari
Rasulullah yang mulia ini akan disaksikannya mu’jizat yang akan
menggoncangkan dunia dan memenuhinya dengan petunjuk serta cahaya ….
Bahkan pada saat itu juga belum
diketahuinya, bahwa dirinya sendiri yang ketika itu masih seorang remaja
yang lemah lagi miskin, yang menerima upah sebagai penggembala kambing
milik ‘Uqbah bin Mu’aith, akan muncul sebagai salah satu dari mu’jizat
ini, yang setelah ditempa oleh Islam menjadi seorang beriman, akan
mengalahkan kesombongan orang-orang Quraisy dan menaklukkan kesewenangan
para pemukanya ….
Maka ia, yang selama ini tidak berani
lewat di hadapan salah seorang pembesar Quraisy kecuali dengan
menjingkatkan kaki dan menundukkan kepala, di kemudian hari setelah
masuk Islam, ia tampil di depan majlis para bangsawan di sisi Ka’bah,
sementara semua pemimpin dan pemuka Quraisy duduk berkumpul, lalu
berdiri di hadapan mereka dan mengumandangkan suaranya yang merdu dan
membangkitkan minat, berisikan wahyu Illahi al-Quranul Karim,
Bismillahirrahmanirrahim ….
Allah Yang Maha Rahman. – -.
Yang telah mengajarkan al-Quran …. Menciptakan insan ….
Dan menyampaikan padanya penjelasan Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan ….
Sedang bintang dan kayu-kayuan sama sujud kepada Tuhan ….
Lalu dilanjutkannya bacaannya, sementara
pemuka-pemuka Quraisy sama terpesona, tidak percaya akan pandangan mata
dan pendengaran telinga mereka …. dan tak tergambar dalam fikiran
mereka bahwa orang yang menantang kekuasaan dan kesombongan mereka… ,
tidak lebih dari seorang upahan di antara mereka, dan penggembala
kambing dari salah seorang bangsawan Quraisy…. yaitu Abdullah bin
Mas’ud, seorang miskin yang hina dina
Marilah kita dengar keterangan dari
saksi mata melukiskan peristiwa yang amat menarik dan mena)ubkan itu!
Orang itu tiada lain dari Zubair r.a. katanya,
“Yang mula-mula menderas al-Quran di
Mekah setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ialah Abdullah
bin Masud r.a. Pada suatu hari para shahabat Rasulullah berkumpul, kata
mereka, “Demi Allah orang-orang Quraisy belum lagi mendengar sedikit pun
al-Quran ini dibaca dengan suara keras di hadapan mereka ….
Nah, siapa di antara kita yang bersedia memperdengarkannya kepada mereka …. ?”
Maka kata Ibnu Masud, “Saya.”
Kata mereka, “Kami khawatir akan
keselamatan dirimu! Yang kami inginkan ialah seorang laki-laki yang
mempunyai kerabat yang akan mempertahankannya dari orang-orang itu jika
mereka bermaksud jahat…. “
“Biarkanlah saya!” kata Ibnu Masud
pula, “Allah pasti membela”. Maka datanglah Ibnu Mas’ud kepada kaum
Quraisy di waktu dluha, yakni ketika mereka sedang berada di balai
pertemuannya ….
Ia berdiri di panggung lalu membaca
Bismillahirrahmanirrahim, dan dengan mengeraskan suaranya, Arrahman ‘allamal Quran ….
Lalu sambil menghadap kepada mereka
diteruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil sertanya
sesamanya, “Apa yang dibaca oleh anak si Ummu ‘Abdin itu… ? Sungguh,
yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad!”
Mereka bangkit mendatangi dan
memukulinya, sedang Ibnu Mas’ud meneruskan bacaannya sampai batas yang
dikehendaki Allah…. Setelah itu dengan muka dan tubuh yang babak-belur
ia kembali kepada para shahabat. Kata mereka, “Inilah yang kami
khawatirkan terhadap dirimu ….
Ujar Ibnu Ma’sud, “Sekarang ini tak ada
yang lebih mudah bagiku dari menghadapi musuh-musuh Allah itu! Dan
seandainya tuan-tuan menghendaki, saya akan mendatangi mereka lagi dan
berbuat hal yang sama esok hari ….!”
Ujar mereka, “Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka!”
Benar, pada saat Ibnu Mas’ud tercengang
melihat susu kambing tiba-tiba berair sebelum waktunya, belum menyadari
bahwa ia bersama kawan-kawan senasib dari golongan miskin tidak
berpunya, akan menjadi salah satu mu’jizat besar dari Rasulullah, yakni
ketika mereka bangkit memanggul panji-panji Allah dan menguasai
dengannya cahaya Siang dan sinar matahari. Tidak diketahuinya bahwa saat
itu telah dekat… Kiranya secepat itu hari datang dan lonceng waktu
telah berdentang, anak remaja buruh miskin dan terlunta-lunta
serta-merta menjadi suatu mu’jizat di antara berbagai mu’jizat
Rasulullah ….!
Dalam kesibukan dan berpacuan hidup,
tiadalah ia akan menjadi tumpuan mata…. Bahkan di daerah yang jauh dari
kesibukan pun juga tidak….! Tak ada tempat baginya di kalangan hartawan,
begitu pun di dalam lingkungan ksatria yang gagah perkasa, atau dalam
deretan orang-orang yang berpengaruh.
Dalam soal harta, ia tak punya apa-apa,
tentang perawakan ia kecil dan kurus, apalagi dalam soal pengaruh, maka
derajatnya jauh di bawah…. Tapi sebagai ganti dari kemiskinannya itu,
Islam telah memberinya bagian yang melimpah dan perolehan yang cukup
dari perbendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar. Dan sebagai imbalan dari
tubuh yang kurus dan jasmani yang lemah, dianugerahi-Nya kemauan baja
yang dapat menundukkan para adikara dan ikut mengambil bagian dalam
merubah jalan sejarah. Dan untuk mengimbangi nasibnya yang tersia
terlunta-lunta, Islam telah melimpahinya ilmu pengetahuan, kemuliaan
serta ketetapan, yang menampilkannya sebagai salah seorang tokoh
terkemuka dalam sejarah kemanusiaan ….
Sungguh, tidak meleset kiranya pandangan
jauh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau mengatakan
kepadanya, “Kamu akan menjadi seorang pemuda terpelajar”. Ia telah
diberi pelajaran oleh Tuhannya hingga menjadi faqih atau ahli hukum
ummat MuhammadShallallahu “Alaihi wa Sallam, dan tulang punggung para
huffadh al-Quranul Karim.
Mengenai dirinya ia pernah mengatakan,
“Saya telah menampung 70 surat al-Quran
yang kudengar langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
tiada seorang pun yang menyaingiku dalam hal ini ……
Dan rupanya Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberinya anugerah atas keberaniannya mempertaruhkan nyawa dalam
mengumandangkan al-Quran secara terang-terangan dan menyebarluaskannya
di segenap pelosok kota Mekah di saat siksaan dan penindasan merajalela,
maka dianugerahi-Nya bakat istimewa dalam membawakan bacaan al-Quran
dan kemampuan luar biasa dalam memahami arti dan maksudnya.
Rasulullah telah memberi washiat kepada para shahabat agar mengambil Ibnu Mas’ud sebagai teladan, sabdanya,
“Berpegang-teguhlah kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi ‘Abdin.!”
Diwashiatkannya pula agar mencontoh
bacaannya, dan mempelajari cara membaca al-Quran daripadanya. Sabda
NabiShallallahu “Alaihi wa Sallam,
“Barang siapa yang ingin hendak
mendengar al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia
mendengarkannya dari Ibnu Ummi ‘Abdin …!
Barang siapa yang ingin hendak membaca
al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia membacanya seperti
bacaan Ibnu Ummi ‘Abdin …!”
Sungguh, telah lama Rasulullah menyenangi bacaan al-Quran dari mulut Ibnu Mas’ud Pada suatu hari ia memanggilnya sabdanya,
“Bacakanlah kepadaku, hai Abdullah!”
“Haruskah aku membacakannya pada anda, wahai Rasulullah…
Jawab Rasulullah, “Saya ingin mendengarnya dari mulut orang lain”
Maka Ibnu Mas’ud pun membacanya dimulai dari surat an-Nisa, hingga sampai pada firman Allah Ta’ala,
Maka betapa jadinya bila Kami jadikan
dari setiap ummat itu seorang saksi, sedangkan kamu Kami jadikan sebagai
saksi bagi mereka ….!
Ketika orang-orang kafir yang
mendurhakai Rasul sama berharap kiranya mereka disamaratakan dengan
bumi….! dan mereka tidak dapat merahasiakan pembicaraan dengan Allah
….!” (Q S 4 an-Nisa, 41 — 42)
Maka Rasulullah tak dapat manahan
tangisnya, air matanya meleleh dan dengan tangannya diisyaratkan kepada
Ibnu Mas’ud yang maksudnya, “Cukup …. cukuplah sudah, hai Ibnu Mas’ud…!”
Suatu ketika pernah pula Ibnu Mas’ud menyebut-nyebut karunia Allah kepadanya, katanya,
“Tidak suatu pun dari al-Quran itu yang
diturunkan, kecuali aku mengetahui mengenai peristiwa apa diturunkannya.
Dan tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah
daripadaku. Dan sekiranya aku tahu ada seseorang yang dapat dicapai
dengan berkendaraan unta dan ia lebih tahu tentang kitabullah
daripadaku, pastilah aku akan menemuinya. Tetapi aku bukanlah yang
terbaik di antaramu!”
Keistimewaan Ibnu Mas’ud ini telah diakui oleh para shahabat. Amirul Mu’minin Umar berkata mengenai dirinya,
“Sungguh ilmunya tentang fiqih berlimpah-limpah.”
Dan berkata Abu Musa al-Asy’ari,
“Jangan tanyakan kepada kami sesuatu masalah, selama kiyai ini berada di antara tuan-tuan!”
Dan bukan hanya keunggulannya dalam
al-Quran dan ilmu fiqih saja yang patut dapat pujian, tetapi juga
keunggulannya dalam keshalihan dan ketaqwaan. Berkata Hudzaifah tentang
dirinya,
“Tidak seorang pun saya lihat yang lebih
mirip kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baik dalam cara
hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya, daripada Ibnu Mas’ud ….
Dan orang-orang yang dikenal dari
shahabat-shahabat Rasulullah sama mengetahui bahwa putera dari Ummi
‘Abdin adalah yang paling dekat kepada Allah ….!”
Pada suatu hari serombongan shahabat
berkumpul pada Ali karamallahu wajhah (semoga Allah memuliakan wajah
atau dirinya), lalu kata mereka kepadanya,
“Wahai Amirul Mu’minin, kami tidak
melihat orang yang lebih berbudi pekerti, lebih lemah-lembut dalam
mengajar, begitu pun yang lebih baik pergaulannya, dan lebih
shalih daripada Abdullah bin Mas’ud ….!”
Ujar Ali, “Saya minta tuan-tuan bersaksi kepada Allah, apakah ini betul-betul tulus dari hati tuan-tuan ….. 2
“Benar”, ujar mereka.
Kata Ali pula, “Ya Allah, saya mohon
Engkau menjadi saksinya, bahwa saya berpendapat mengenai dirinya
sepertiapa yang mereka katakan itu, atau lebih baik dari itu lagi….
Sungguh, telah dibacanya al-Quran, maka
dihalalkannya barang yang halal dan dihararnkannya barang yang Haram… ,
seorang yang ahli dalam soal keagamaan dan luas ilmunya tentang
as-Sunnah ….!”
Suatu ketika para shahabat memperkatakan pribadi Abdullah bin Mas’ud, kata mereka,
“Sungguh, sementara kita terhalang, ia diberi restu, dan sementara kita
bepergian, ia menyaksikan (tingkah laku Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam)…”.
Maksud mereka ialah bahwa Abdullah r.a.
beruntung mendapat kesempatan berdekatan dengan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, suatu hal Yang jarang didapat oleh orang lain. la
lebih sering masuk ke rumah Rasulullah dan menjadi teman duduknya.
Dan lebih-lebih lagi ia adalah tempat
Rasulullah menumpahkan keluhan dan mempercayakan rahasianya, hingga ia
diberi gelar “Peti Rahasia”.
Berkata Abu Musa al-Asy’ari,
“Sungguh, setiap saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, pastilah Ibnu Mas’ud berada menyertainya …”.
Adapun yang menjadi sebab ialah karena
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam amat menyayanginya, terutama
keshalihan dan kecerdasannya Serta kebesaran jiwanya, hingga Rasulullah
pernah bersabda mengenai dirinya,
“Seandainya saya hendak mengangkat
seseorung sebagai amir tanpa musyawarat dengan Kaum Muslimin,
tentulah yang saya angkat itu Ibnu Umi ‘Abdin… “.
Dan telah kita kemukakan washiat Rasulullah kepada para shahabatnya,
“Berpegang teguhlah kepada ilmu Ibnu Ummi ‘Abdin!”
Maka kesayangan dan kepercayaan ini
memungkinkannya untuk bergaul rapat dengan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, hingga ia beroleh hak yang tidak diberikannya kepada
orang lain, bersabda RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallam kepadanya,
“Saya izinkan kamu bebas dari tabir hijab…”
“Ini merupakan lampu hijau bagi Ibnu
Mas’ud untuk masuk rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan
pintunya senantiasa terbuka baginya, biar Siang maupun malam. Dan inilah
yang pernah diperkatakan oleh para shahabat,
“sementara kita terhalang, ia diberi idzin, dan sementara kita bepergian, ia menyaksikan – -.”.
Dan memang Ibnu Mas’ud layak untuk
memperoleh keistimewaan ini…. Karena walaupun pergaulan rapat seperti
ini akan memberikan padanya keuntungan, tetapi Ibnu Mas’ud hanya
bertambah khusyu’, tambah hormat dan sopan santun ….
Mungkin gambaran yang melukiskan
akhlaqnya secara tepat, ialah sikapnya ketika menyampaikan Hadits dari
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah beliau wafat. Walaupun
ia jarang menyampaikan Hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, tetapi kita lihat setiap ia menggerakkan kedua bibirnya untuk
mengatakan, “Saya dengar Rasulullah menyampaikan Hadits dan bersabda….”,
maka tubuhnya gemetar dengan amat sangat, dan ia tampak gugup dan
gelisah. Sebabnya tiada lain karena takutnya akan alpa, hingga bersalah
menaruh kata di tempat yang lain ….!
Marilah kita dengarkan kawan-kawannya melukiskan gejala gejala ini! Berkatalah ‘Amar bin Maimun,
“Saya bolak-balik ke rumah Abdullah bin
Mas’ud ada setahun lamanya, dan selama itu tak pernah saya dengar ia
menyampaikan Hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
kecuali sebuah Hadits yang disampaikannya pada suatu hari. Dari mulutnya
mengalir ucapan, Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam Tiba-tiba ia kelihatan gelisah hingga tampak keringat bercucuran
dari keningnya. Kemudian katanya mengulangi kata-kata tadi, “Kira-kira
demikianlah disabdakan oleh Rasulullah…”.
Dan bercerita Alqamah bin Qais,
Biasanya Abdullah bin Mas’ud berpidato
setiap hari Kamis sore menyampaikan Hadits. Tidak pernah saya dengar ia
mengucapkan, “Telah bersabda Rasulullah”, kecuali satu kali saja…. Di
saat itu saya lihat ia bertelekan tongkat, dan tongkatnya itu pun
bergetar dan bergerak-gerak
Dan diceritakan pula oleh Masruq mengenai Abdullah ini,
“Pada suatu hari Ibnu Mas’ud
menyampaikan sebuah Hadits, katanya, “Saya dengar Rasulullah shallallahu
‘Alaihi wa Sallam “ Tiba-tiba ia jadi gemetar, dan pakaiannya bergetar
pula …. Kemudian
katanya, “Atau kira-kira demikian atau kira-kira seperti itulah…”.
Nah, sampai sejauh inilah ketelitian,
penghormatan dan penghargaannya kepada Rasulullah saw ….Disamping
menjadi bukti ketaqwaannya, ketelitian dan penghormatannya ini merupakan
tanda kecerdasannya ….!
Orang yang lebih banyak bergaul dengan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, penilaiannya terhadap
kemuliaan Rasulullah lebih tepat… Dan itulah sebabnya adab sopan
santunnya terhadap Rasulullah ketika beliau hidup, begitu pun kenangan
kepada beliau setelah wafatnya, merupakan adab sopan santun satu-satunya
dan tak ada duanya. –..!
Ibnu Mas’ud tak hendak berpisah dari
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baik di waktu bermukim maupun
di waktu bepergian. la telah turut mengambil bagian dalam setiap
peperangan dan pertempuran. Dan peranannya dalam perang Badar
meninggalkan kenangan yang tak dapat dilupakan, yakni rubuhnya Abu Jahal
oleh tebasan pedang Kaum Muslimin pada hari yang keramat itu ….
Khalifah-khalifah dan para shahabat
Rasul mengakui kedudukannya ini, hingga ia diangkat oleh Amirul Mu’minin
Umar sebagai Bendaharawan di kota Kufah. Kepada penduduk waktu
mengirimnya itu dikatakan,
“Demi Allah yang tiada Tuhan melainkan
Dia, sungguh saya lebih mementingkan tuan-tuan daripada diriku, maka
ambillah dan pelajarilah ilmu daripadanya …!”
Dan penduduk Kufah telah mencintainya,
suatu hal yang belum pernah diperoleh orang-orang sebelumnya, atau orang
Yang setaraf dengannya…. Sungguh, kebulatan penduduk kufah untuk
mencintai seseorang, merupakan suatu hal yang mirip dengan mu’jizat ….
Sebabnya ialah karena mereka biasa menentang dan memberontak, mereka
tidak tahan menghadapi hidangan yang serupa …. dan tidak mampu hidup
selalu dalam aman dan tenteram ….!
Dan karena kecintaan mereka kepadanya
demikian rupa, sampai-sampai mereka mengerumuni dan mendesaknya sewaktu’
ia hendak diberhentikan oleh Khalifah Utsman r.a. dari jabatannya, kata
mereka, “Tetaplah anda tinggal bersama kami di sini dan jangan pergi,
dan kami bersedia membela anda dari malapetaka yang akan menimpa anda!”
Tetapi dengan kalimat yang menggambarkan kebesaran jiwa dan ketaqwaannya, Ibnu Mas’ud menjawab, katanya,
“Saya harus taat kepadanya, dan di
belakang hari akan timbul peristiwa-peristiwa dan fitnah, dan saya tak
ingin menjadi orang yang mula-mula membukakan pintunya.!”
Pendirian mulia dan terpuji ini
mengungkapkan kepada kita hubungan Ibnu Mas’ud dengan Khalifah Utsman ….
Di antara mereka telah terjadi perdebatan dan perselisihan yang makin
lama makin sengit, hingga gaji dan tunjangan pensiunnya ditahan dari
Baitulmal…. Walau demikian namun tidak sepatah kata pun yang tidak baik
keluar dari mulutnya mengenai Utsman ….
Bahkan ia berdiri sebagai pembela dan
memperingatkan rakyat ketika dilihatnya persekongkolan di masa Utsman
itu telah meningkat menjadi suatu pemberontakan ….
Dan ketika terbetik berita ke telinganya
mengenai percobaan untuk membunuh Khalifah Utsman itu, keluarlah dari
mulutnya ucapan yang terkenal,
“Sekiranya mereka membunuhnya, maka tak ada lagi orang sebanding dengannya yang akan mereka angkat sebagai khalifah … ” ‘
Dalam pada itu di antara kawan-kawan
Ibnu Mas’ud ada yang berkata, “Tak pernah saya dengar Ibnu Mas’ud
mengeluarkan cercaan satu kata pun terhadap Utsman
Allah telah menganugerahinya hikmah
sebagaimana telah memberinya sifat taqwa. Ia memiliki kemampuan untuk
melihat jauh ke dasar yang dalam, dan mengungkapkannya secara menarik
dan tepat ….
Marilah kita dengar ucapannya yang
menggambarkan kesimpulan hidup yang istimewa dari Umar dengan kata-kata
singkat tapi padat dan mena’jubkan, katanya,
“Islamnya merupakan suatu kemenangan…… hijrahnya merupakan pertolongan… , sedang pemerintahannya menjadi suatu rahmat….”
Berbicara tentang apa yang dikatakan orang sekarang tentang relativitas masa, ia mengatakan,
“Bagi Tuhan kalian tiada Siang dan malam ….
Cahaya langit dan bumi itu bersumber dari cahayanya ….
Ia juga berbicara tentang pekerja dan betapa pentingnya mengangkat taraf budaya kaum pekerja ini katanya
“Saya amat benci melihat seorang
laki-laki yang menganggur tak ada usahanya untuk kepentingan dunia, dan
tidak pula untuk kepentingan akhirat ….”.
Dan di antara kata-katanya yang bersayap ialah,
“Sebaik-baik kaya ialah kaya hati
sebaik-baik bekal ialah taqwa;
seburuk-buruk buta ialah buta hati;
sebesar-besar dosa ialah berdusta;
sejelek-jelek usaha ialah memungut riba;
seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim;
siapa yang merna’afkan orang akan dimaafkan Allah;
dan siapa yang mengampuni orang akan diampuni Allah ….”
Nah, itulah gambaran singkat Abdullah
bin Mas’ud shahabatRoulull,ahShallallahu “Alaihi wa Sallam Dan itulah
dia kilasan dari suatu kehidupan besar dan perkasa yang dilalui
pemiliknya di jalan Allah dan Rasul-Nya Serta Agama-Nya ….
Itulah dia laki-laki yang ukuran
tubuhnya seumpama tubuh burung merpati kurus dan pendek, hingga tinggi
badannya tidak akan berapa bedanya dengan orang yang sedang duduk …
Kedua betisnya kecil dan kempis,yang
tampak ketika itu memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk digunakan
sikat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Para shahabat sama
menertawakannya ketika melihat kedua betisnya itu. Maka bersabdalah
Rasulullah saw ,
“Tuan-tuan menertawakan betis Ibnu Masud… , keduanya di sisi Allah lebih berat timbangannya dari gunung Uhud.!”
Memang… , inilah dia orang yang berasal
dari keluarga miskin, buruh upahan, kurus dan hina, tetapi keyakinan dan
keimanannya telah menjadikannya salah seorang imam di antara imam-imam
kebaikan, petunjuk dan cahaya ….
Ia telah dikaruniai taufiq dan ni’mat
oleh Allah yang menyebabkannya termasuk dalam golongan “sepuluh orang
shahabat Rasul yang mula pertama masuk Islam”, yakni orangorang yang
selagi hidupnya telah menerima berita gembira beroleh ridla Allah dan
surga-Nya ….
Ia telah terjun dan tak pernah absen
dalam setiap perjuangan yang berakhir dengan kemenangan di masa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, begitu pun di masa para
khalifah sepeninggal beliau. Dan ia turut menyaksikan dua buah imperium
dunia membukakan pintunya dengan tunduk dan patuh dimasuki panji-panji
Islam dan ajarannya ….
Disaksikannya pula jabatan-jabatan yang
tersedia dan menunggu orang-orang Islam yang mau mendudukinya, begitu
pun harta yang tidak terkira banyaknya bertumpuk-tumpuk di hadapan
mereka, tetapi tidak satu pun yang dapat mengusik dan melupakannya dari
janji yang telah diikrarkannya kepada Allah dan Rasul-Nya, atau
merintanginya dari garis hidup dan ketekunan ibadat yang diliputi rasa
khusyu’ dan taw adlu …..
Dan di antara keinginan dan cita-cita
hidup, tidak satu pun yang menarik hatinya kecuali sebuah, yakni yang
selalu dirindukan, menjadi buah bibir dan senandungnya, Serta menjadi
angan-angan untuk mendapatkannya ….
Nah, marilah kita simakkan kata-katanya sendiri menceritakan hal itu kepada kita,
“Aku bangun di tengah malam, ketika itu
aku mengikuti Rasulullah di perang Tabuk…. Maka tampak olehku nyala api
di arah pinggir perkemahan, lalu kudekati untuk melihatnya. Kiranya
Rasulullah bersama Abu Bakar dan Umar. Rupanya mereka sedang menggali
kuburan untuk Abdullah Dzulbijadain al-Muzanni yang ternyata telah
wafat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ada di dalam lubang
kubur itu, sementara Abu Bakar dan Umar mengulurkan jenazah kepadanya.
Rasulullah bersabda, “Ulurkanlah lebih dekat padaku saudara tuan-tuan
itu….! Lalu mereka mengulurkan kepadanya. Dan tatkala diletakkannya di
lubang lahat, beliau berdu’a, “Ya Allah, aku telah ridla kepadanya, maka
ridlai pula ia oleh-Mu…! Alangkah baiknya, sekiranya akulah, yang jadi
pemilik liang kubur itu ….
Nah, itulah dia satu-satunya cita-cita yang diharapkan dan diangan-angankan selagi hidupnya ….
Dan sebagai anda ketahui, ia tak pernah
mencari kesempatan untuk mendapatkan sesuatu yang dikejar-kejar dan
diperebutkan orang, berupa kemuliaan, kekayaan, pengaruh atau jabatan….
Hal ini semata-mata karena cita-citanya
adalah cita-cita seorang tokoh yang berhati mulia, berjiwa besar dan
berkeyakinan teguh…. seorang tokoh yang mendapat petunjuk dari Allah
memperoleh tuntutan dari al-Quran , dan menerima didikan dari Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.